Jumat, 01 Maret 2013

Double Movement NII

                                                      
Tiada Negara selain NII, itulah salah satu doktrin teologis yang digunakan Negara Islam Indonesia  sebagai senjata ampuh untuk mengelabuhi anggotanya. Suatu paham yang dibungkas dengan dalil-dalil nash berefek fundamental bagi anggotanya masuk  kedalam bawah sadar mereka tanpa protes apapun. Upaya rekrutmen massa begitu massif dengan gerak ganda yang terselubung sehingga NII  berhasil merekrut sejumlah ratusan ribu anggota secara efektif dan susah dideteksi kalau gerakan tersebut mengarah pada doktrinasi Negara Islam. Gerakan tersebut dikenal dengan gerakan territorial atau gerakan bawah tanah dan fungsionalis
Gerakan bawah tanah tersebut bertugas merekrut orang dan penjaringan dana sebanyak mungkin. Sasaran jitu yang dilancarkan cukup akurat, mereka mendatangi mal, kampus dan sekolah. Sehingga tidak heran kalau saat ini banyak korban dari kalangan muda; siswa dan mahasiswa sebagai sasaran utama. Mungkin tanpa sadar bahwa mereka yang direkrut merupakan korban dari ideologi NII. Jika pengikut gerakan ini adalah mahasiswa, ia akan menomorsatukan misi NII kuliah tidak lagi menjadi prioritas. Nalar kritis mahasiswa akan tumpul terkikis ideologi baru dengan dogma dan doktrin yang mengikat dan radikal. Kiriman uang dari orang tua yang seharusnya untuk biaya pendidikan bisa saja dengan sukarela disumbangkan sebagai bentuk kesetiannya pada NII tanpa banyak pertimbangan lagi.
Radikalisasi agama semacam ini tidak lain merupakan pengkerdilan terhadap Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin. Pemerasan dan pemaksaan adalah wujud dari penyimpangan, agama tidak lagi indah, keras dan jauh dari nilai-nilai humanisme, toleransi dan keberagaman. Republik Indonesia yang terkenal dengan kemajemukan etnis, budaya, bahasa dan sebagainya akan menjadi Negara yang penuh dengan sekat-sekat, jarak yang sangat jauh. Sehingga pada saatnya NKRI yang selama ini kita bangun sia-sia begitu saja. NKRI sebagai amanah para founding fathers akan terkikis habis oleh radikalisasi-arabisasi syari’at yang dipaksakan. Padahal menurut Bapak Bangsa Gusdur,keislaman dan keindonesiaan harus berjalan seiring. Sinergi keislaman dan keindonesiaan telah menciptakan karakter Islam yang moderat, toleran dan tidak berlebihan (M. Hanif Dhakhiri: 2010).
Sebagaimana paparan diatas tentang gerak ganda NII. Selain gerakan bawah tanah, ada gerakan Fungsioanal yang inten dalam Pesantren, yakni Yayasan Pesantren Indonesia (YPI) yang teresebar hampr ke seluruh propinsi. Orang yang bertugas sebagai aparat fungsioanal tidak ikut merekrut  jamaah akan tetapi mengurus para santri untuk disekolahkan di Al Zaytun. Walaupun secara tidak langsung mencari dana, aparat fungsional ini memanfaatkan wali santri yang notabene orang menengah keatas yang nantinya menjadi simpatisan dan sumber dana untuk pembangunan Al Zaytun. Kalau ditelusuri lebih jauh, fokus gerakan NII dapat dikatakan gerakan doktriner-politis. Gerakannya berkutat pada rekrutmen jama'ah yang tujuannya mendapatkan dana dan dukungan dari banyak orang untuk mencapai visi Negara Islam.   


Moh. Tarib
Fakultas Ushuluddin, Studi Agama dan Pemikiran Islam
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar