Moh. Tarib
PSP3 Angkatan XXIII Provinsi Sulawesi Barat
Pemuda
kelahiran Pamekasan 29 Juli 1988 ini akrab dipanggil Tarib. Ia menyelesaikan
studi S1 di Universitas Islam Negeri Yogyakarta (UIN-SuKa) dijurusan Tafsir dan
Hadits.
Selama
kuliah , Tarib aktif dalam kegiatan kampus baik akademis maupun non akademis.
Beberapa kegiatan yang pernah ia ikuti adalah Pergerakan Mahasiswa Islam
Indonesia (PMII Ushuluddin), Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan Tafsir Hadits
(BEM-J TH) sebagai ketua, Lembaga Pers Mahasiswa HumaniusH, Forum Komunikasi
Mahasiswa Tafsir Hadis se Indonesia (FKMTHI) menjabat sebagai Sekretaris
Jenderal.
Selain
aktif dalam kegiatan Kampus, Tarib menyibukkan diri dalam kegiatan
kemasyarakatan. Ia berkecimpung di kepengurusan Masjid, Majelis Ta’lim dan
Pendidikan TKA-TPA di Gedongkuning Yogyakarta.
Bagian
dari hidup yang sangat penting dan berharga baginya adalah kesempatan dan
jaringan (capital networking).
Termasuk dedikasi untuk mengabdikan diri sebagai PSP3 di Desa Tubo Tengah, Kabupaten
Majene Provinsi Sulawesi Barat. Menjadi modal untuk memanfaatkan kesempatan masa
muda untuk hidup berdampingan bersama masyarakat serta membangun jaringan yang
lebih luas dengan komunitas, LSM, dan Lembaga-lembaga pemerintah setempat.
Secara
geografis Desa Tubo Tengah diapit oleh pesisir dan bukit pegunungan, tidak ada
dataran yang bisa dimanfaatkan untuk lahan pertanian produktif. Masyarakat pada
umumnya berkebun di bukit pegunungan yang jauh dari rumah penduduk dan harus
melalui medan yang cukup sulit dan mendaki. Hasil kebun mereka adalah cengkeh
dan kakao. Bisa dikatakan bahwa desa ini minim lahan pertanian, sehingga
menuntut masyarakat untuk mencari nafkah ke pulau seberang yakni ke Kalimantan
dan ke beberapa negara tetangga.
Melihat
kondisi masyarakat dan potensi Desa Tubo Tengah, Moh.Tarib melirik salah satu
potensi lokal yang tersedia. Potensi yang cukup berlimpah adalah pohon kelapa
yang berjejer disepanjang pinggiran Desa Tubo Tengah. Ia mengenalkan sekaligus
memberi pelatihan kepada masyarakat tentang seni kerajinan batok kelapa untuk
dijadikan berbagai souvenir khas Sulawesi Barat. Tarib mengajak pemuda dan para
anggota PKK untuk membantu produksi aneka kreasi batok kelapa, kemudian hasil
produksi ia pasarkan ke outlet-outlet penjual souvenir. Sampai saat ini BBM
Craft (nama brand kerajinan) yang ia rintis telah menerima pesanan dari
Kalimantan, Batam, Jambi. Untuk menambah produktivitas dan keratifitas pemuda
Desa Tubo Tengah, Tarib melebarkan kreasinya pada pemanfaatan sampah dan kria
daun kering. Bahkan BMM Craft binaan
Tarib ini sering mengikuti even pameran industri kreatif ditingkat kabupaten
hingga expo tingkat nasional. Dari hasil produksi kerajianan batok kelapa,
sampah, kria dan daun kering sudah bisa dinikmati hasilnya baik bagi dirinya
maupun bagi anggota binaanya, khususnya para pemuda. Dengan ide dan kemauan,
Desa yang minim sumber daya alam ini merangkak dan terus melangkah memberi
alternatif dari kebuntuan mencari kerja menuju penyedia lapangan kerja.
Rupanya
semangat berwirausaha pemuda ini sudah dimulai, semenjak ia kuliah di
Yogyakarta. Sejak semester 3 hingga semester 5 ia buka usaha pempek khas
palembang dan roti bakar khas Bandung. Ia lakukan karena demi bertahan hidup
dan tetap melanjutkan kuliahnya. Walhasil dari kerja kerasnya ia bisa
menghidupi dirinya dan menyelsaikan studinya tanpa banyak membebani kedua
orangtuanya. Begitu pula dengan kehidupannya yang sekarang di Tanah Mandar
Sulawesi Barat, ia berbagi pengalaman dan ilmunya kepada pemuda Desa Tubo
Tengah yang sekarang menjadi lahan pengabdiannya.
Disisi
lain, Sarjana Tafsir Hadits ini merasa terpanggil untuk berpartisipasi dalam
kegiatan keagamaan, pendidikan dan
kegiatan masyarakat. Moh. Tarib berkecimpung membina Majelis Ta’lim, Remaja
Masjid, dan TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an) di Desa penempatannya.Ia
berpendapat bahwa “kesejahteraan dalam sebuah masyarakat, semata mata bukan
hanya dilihat dari aspek ekonomi saja, akan tetapi moralitas dan pengamalan
terhadap nilai-niliai agama serta pendidikan itu jauh lebih penting. Krisis
ekonomi lebih mudah diatasi dibandingkan krisis moral”. Untuk itu, ia mengajak
pemuda, pengurus masjid, orangtua untuk bersama-sama menghidupkan kampung
dengan menghidupkan masjid melalui khotbah Jum’at, Majlis Ta’lim dan kegiatan
belajar TPA.
Dalam
hal mendorong minat belajar anak-anak dilingkungannya, Tarib memanfaatkan Mobil
Pintar milik Perpustakaan Daerah Kabupaten Majene diminta untuk datang secara
rutin ke Desa guna memacu minat baca anak-anak sejak dini. Karena menurutnya,
disaat usia anak-anaklah satu-satunya kesempatan untuk membaca, menyerap
informasi dan ilmu. Apabilah sudah usia
remaja keatas, mereka akan disibukkan dengan gadget dan jejaring sosialnya sehingga kesempatan untuk membaca sangat
minim.
Untuk
langkah lebih lanjut, Moh. Tarib telah mencanangkan sebuah lembaga BINA MUDA MANDIRI CENTER (BM2C) atau Be “M” to see, dimana BM2C ini bergerak dibidang
Kewirausahaan Pemuda, Pemberdayaan Masyarakat, Lingkungan dan Pariwisata. Dalam
bidang Kewirausahaan, Tarib mencanangkan
konsep “satu dusun satu produk”. Tingkat produktivitas suatu dusun menjadi
potensi vital bagi kemajuan Desa. Untuk saat ini baru ada dua dusun yang
produktif dalam bidang kerajinan ini.
Selanjutnya,
untuk bidang Pariwisata, BM2C membantu pemerintah desa untuk destinasi wisata
bahari. Desa Tubo Tengah memiliki pesona pantai pasir putih yang memukau untuk
dikembangkan sebagai aset ekonomi dan budaya. Sehingga nantinya Desa Tubo
Tengah menjadi salah satu desa wisata eksotik di Sulawesi Barat.

“Berusaha
lebih baik dan tidak membebani orang lain”
|
|
|||||||||
|
||||||||||
|
||||||||||
![]() |
||||||||||
|







